Thu, 21 Nov 2024
Borno, anak Tuan yang disegani di tanah Borneo sungai Kapuas Kalimantan Barat. Warga sekitar menghormati dan bersahabat dengan Borno karena sifat lugu dan friendly nya. Humble, cengeng dan tidak sombong tapi jiwa bapaknya yang pemberani masih menempel di hormone adrenalinnya. Kesibukan masyarakat Borneo adalah nelayan dan pengemudi sepit (perahu kayu untuk meyebrangi sungai Kapuas). Borno masih muda, sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan konyol pada masyarakat sekitar. Koh Acong, Pak Tua, Cik Taulani mereka beda usia lintas generasi tapi obrolan dan candaannya kepada Borno selalu masyuk. Semenjak Borno ditinggal ayahnya, merekalah sosok “pengganti”ayahnya.merawat, memantau dan peduli terhadap Borno. Di novel ini juga menceritakan sejarah penamaan kota Pontianak yang diambil dari nama hantu disana. Tiba usia baligh bagi Borno, bagi masyarakat sekitar seorang laki-laki yang sudah di usia baligh harus mampu mengendarai sepit. Suatu kewajiban untuk mendapat pengakuan oleh penduduk sekitar. Bang Togar, penguasa sungai Kapuas, seluruh kendali operasional sungai Kapuas dibawah bang Togar. Selain badannya kekar dan sangar, bang Togar adalah orang paling jago dalam menegemudi sepit. Tiap Tahun diadakan adu balap sepit. Bang Togar adalah juara bertahan 3 tahun berturut-turut. Dialah yang langsung mendapat amanat untuk mengahari Borno. Mandat langsung dari almahrhum ayah Borno. Ditengah plot datanglah seorang wanita bergaun merah. Semua yang dipakai berwarna merah. Termasuk sepucuk angpau berwarna merah yang diberikan pada Borno. Angpau yang mengungkap segala misteri novel ini. Novel yang mengangkat unsur budaya, persahabatan, kepedulian, dan kasih sayang tanpa terlihat membosankan, justru menarik dan modern. Pak Tere selalu jago mengemas sebuah pesan hingga bisa dilahap pembaca dengan sekali telan. 518 halaman yang terasa singkat.
Tinggalkan pesan mu disini 💌 troy.akbar@gmail.com